Potensi Desa

Potensi Batu Bata

Desa Sumberingin Kulon - Di tengah gemuruh modernisasi dan teknologi, Desa Sumberingin Kulon tetap kokoh mempertahankan warisan budaya leluhur. Salah satu tradisi yang masih lestari di desa ini adalah pembuatan batu bata oleh Suparno dan Kartun, yang telah diwariskan dari generasi ke generasi sejak abad ke-19. Menggunakan jenis tanah gembrung dan tanah liat dengan perbandingan campuran 1:1, batu bata produksi mereka menjadi sorotan para pengrajin dan masyarakat sekitar.

Pembuatan batu bata di Desa Sumberingin Kulon melibatkan proses kuno yang mengandalkan keahlian tangan para pengrajin. Tahap awal, tanah gembrung dan tanah liat dicampur dengan air hingga merata, lalu dihaluskan hingga mencapai tekstur yang pas untuk pembentukan. Proses akhir dilakukan dengan cara mencetak tanah yang telah diolah sebelumnya. Setelah itu, batu bata diangin-anginkan dan dikeringkan selama satu minggu ketika cuaca sedang cerah.

Tradisi pembuatan batu bata ini telah menjadi mata pencaharian utama bagi keluarga Suparno dan Kartun sejak abad ke-19. Suparno yang merupakan keturunan dari generasi yang meneruskan usaha ini mengungkapkan bahwa usaha ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah keluarga mereka. "Usaha ini sudah kami warisi dari leluhur kami dan menjadi identitas keluarga kami. Kami bangga bisa terus melestarikan tradisi ini hingga saat ini," ujarnya.

Dengan menggunakan cara tradisional, Suparno dan Kartun mampu menghasilkan hingga 500 batu bata per hari untuk setiap orangnya. Hal ini tentu saja memerlukan kerja keras dan ketekunan yang tinggi. Namun, mereka berhasil menghasilkan batu bata dengan kualitas unggulan yang menarik minat pembeli.

Meskipun tingkat permintaan cukup tinggi, Suparno dan Kartun tidak menggunakan strategi pemasaran modern. Mereka lebih memilih cara tradisional yaitu pemasaran mulut ke mulut. Kepercayaan pelanggan yang tinggi terhadap kualitas batu bata yang dihasilkan telah membawa kabar baik tentang produk mereka menyebar dari satu pembeli ke pembeli lainnya.

Batu bata produksi dari desa ini menjadi incaran karena kualitasnya yang unggul. Setiap bata merah matang dijual dengan harga 600 perak, sedangkan untuk bata mentah dalam kondisi kering dijual dengan harga 310 perak per batu bata. Bagi pembeli yang ingin membeli secara grosir, satu kotak berisi batu bata merah dihargai sekitar 17 ribu rupiah.

Meskipun usaha pembuatan batu bata ini telah berjalan dengan lancar selama beberapa generasi, namun tantangan juga tak jarang muncul. Salah satu kendala utama adalah cuaca yang tidak selalu mendukung selama proses pengeringan. Namun, Suparno dan Kartun menegaskan bahwa kecintaan mereka terhadap tradisi dan usaha keluarga tidak pernah kendur.

Kualitas batu bata dari Desa Sumberingin Kulon telah mendapat apresiasi tidak hanya dari masyarakat setempat, tetapi juga dari luar daerah. Permintaan dari daerah Blitar dan Kediri menambah kebanggaan bagi para pengrajin yang telah menjaga kualitas dan reputasi produk mereka.

Meskipun bisnis pembuatan batu bata masih menggunakan cara tradisional, namun laba bersih yang didapatkan cukup besar untuk usaha skala kecil. Selain menguntungkan secara finansial, warisan budaya ini juga menjadi sumber kebanggaan dan identitas bagi masyarakat Desa Sumberingin Kulon.

Suparno dan Kartun berharap tradisi pembuatan batu bata ini dapat terus lestari dan dijaga keasliannya oleh generasi-generasi mendatang. Mereka berharap agar peran generasi muda dalam menjaga dan mengembangkan usaha ini bisa semakin kuat sehingga warisan berharga ini dapat dilestarikan dengan baik.

Kisah inspiratif tentang Suparno dan Kartun di Desa Sumberingin Kulon ini mengajarkan pentingnya mempertahankan tradisi dan kearifan lokal, serta mengenang jasa para leluhur dalam mengembangkan budaya yang bernilai tinggi. Semoga tradisi pembuatan batu bata ini tetap mekar dan menginspirasi generasi-generasi mendatang untuk menjaga dan menghargai warisan budaya nenek moyang.