Potensi Desa

Potensi Genteng

Desa Sumberingin Kulon memiliki cerita menarik tentang keunikan usaha pembuatan genteng yang telah dijalankan selama lebih dari satu abad. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Gufron Masduki, seorang pria berusia 26 tahun, menjadi perwakilan dari generasi termuda yang tetap mengangkat tradisi dan seni pembuatan genteng secara turun-temurun.

Usaha yang dimulai oleh leluhur Gufron sejak tahun 1900an ini terus berlanjut hingga saat ini. Menjadi pengrajin genteng adalah bagian dari identitas keluarga Masduki yang telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Salah satu aspek kunci dalam proses pembuatan genteng yang unik adalah penggunaan tanah kaulin sebagai bahan dasar, bukan tanah sawah seperti biasanya. Tanah kaulin ini berasal dari tanah pegunungan dan tanah gembrung, dengan perbandingan campuran 3:1, dimana 3 bagian tanah kaulin dan 1 bagian tanah gembrung. Diperolehnya tanah gembrung membantu menghasilkan genteng berkualitas.

Proses pembuatan genteng dimulai dengan pengadukan dan penggilingan tanah sebanyak 3 kali. Selanjutnya, genteng dipotong satu kali dan digiling kembali sebanyak 4 kali secara total. Setelah tahap ini selesai, genteng dikeringkan selama 2 hari sebelum dilakukan proses pemanasan.

Tahap pemanasan adalah langkah yang memerlukan ketelatenan. Genteng dibiarkan dalam tungku tradisional yang menggunakan bahan bakar kayu selama 20 jam untuk mencapai kualitas dan daya tahannya yang optimal.

Usaha pembuatan genteng Gufron tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal. Dengan keahliannya, ia mampu memproduksi hingga 400 genteng per hari dengan menggunakan cetakan manual. Dalam sebulan, volume minimal produksi mencapai 8000 genteng.

Cara pemasaran yang dilakukan oleh Gufron adalah melalui metode mulut ke mulut. Keaslian dan kualitas gentengnya menyebar dari satu pembeli ke pembeli lainnya.

Meskipun usahanya berskala kecil, Gufron berhasil menemukan cara untuk menarik minat pembeli dari luar kota. Dengan harga 2000 rupiah per biji genteng matang, permintaan dari berbagai kota semakin meningkat.

Pada setiap proses pembuatan, Gufron menghadapi dua kendala utama. Pertama, bahan baku yang tidak selalu berkualitas. Kualitas tanah kaulin dan tanah gembrung menjadi penentu utama daya tahan genteng. Kedua, cuaca yang tidak selalu mendukung dalam proses pengeringan dan pemanasan.

Sebagai pengrajin yang peduli lingkungan, Gufron menggunakan pelumas berbahan dasar solar dan minyak hitam, yang merupakan limbah dari kelapa sawit.

Walaupun menjadi usaha kecil, omset dari bisnis pembuatan genteng Gufron cukup besar. Dengan tekad dan dedikasi yang kuat, Gufron Masduki menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda untuk melestarikan seni tradisional dalam menghadapi dunia modern yang cepat berubah.

Pembuatan genteng oleh Gufron Masduki tidak hanya menciptakan genteng berkualitas tinggi, tetapi juga mewarisi nilai-nilai keberlanjutan dan cinta terhadap warisan budaya leluhur.

Hak Cipta © 2023 | Pemerintah Desa Sumberingin Kulon

Made By Muhammad Hasfi Rasya & Elisabet Dahlia Girsang